Sabtu, 31 Mei 2014

Simbol Sukses dalam Pandangan Islam



. Pengertian Simbol Sukses
www.dandaen.blogspot.co/images
Simbol berarti abstraksi atau representasi dari suatu hal yang konkrit. Sukses dapat berarti berhasil mencapai sesuatu yang dikehendaki atau diinginkan. Sukses bersifat relatif bergantung dari pengetahuan tentang hakikat sukses yang sebenarnya.
Oleh karena itu yang dimaksud dengan simbol sukses adalah representasi untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki dan diinginkan.
II. Langkah Hidup
Langkah-langkah untuk mencapai sukses dalam kehidupan disebut langkah hidup.
1. Pikiran adalah langkah hidup
Pikiran manusia bukan saja sebagai alat, tetapi juga merupakan suatu kontrol/kendali. Karena pikiran juga merupakan suatu kendali berarti ikut menentukan apa-apa yang kita lakukan. Itulah sebabnya kita harus hati-hati dalam memberi masukan ke dalam otak kita. Kita harus selalu memeriksa isi pikiran kita dan mengisinya dengan pikiran kita.
2. Ucapan adalah langkah hidup
Ucapan adalah nilai dan isi yang terkandung di dalamnya. Ucapan yang memiliki nilai dan isi yang baik akan menyelamatkan kita, sebaliknya ucapan yang buruk akan membinasakan kita. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah berkata yang benar atau diam.” (HR. Bukhari Muslim)
3. Tindakan adalah langkah hidup
Seseorang membutuhkan tindakan untuk mencapai sukses. Jika tindakan (amal) yang dilakukan itu kebajikan, maka berlakulah barang siapa yang menanam dia akan memetik hasilnya. Sebaliknya tindakannya berupa kemaksiatan, maka berlakulah barang siapa menggali lubang maka ia akan terperosok ke dalamnya. Kedua prinsip tersebut berlaku di dunia dan di akhirat, atau kedua-duanya. Bukankah manusia hanya berusaha sedangkan Allah yang menentukan? (QS. Ar Rad (13) : 11)
III. Simbol Sukses dan Simbol Gagal
Pikiran, ucapan dan tindakan adalah faktor internal manusia. Ketiganya merupakan langkah hidup. Setiap langkah hidup yang makin mendekatkan seseorang ke tujuan yang dikehendaki disebut sebagai simbol sukses. Sedangkan sebaliknya adalah simbol gagal.
Faktor eksternal yang juga menentukan langkah hidup diantaranya adalah lingkungan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bergaul dengan teman yang baik dan orang yang jahat adalah seperti bergaul dengan minyak wangi dan pandai besi. Teman penjual minyak ewangi itu boleh jadi akan memberi minyak wangi kepadamu atau kamu dapat membelinya atau paling tidak kamu akan mendapat bau harum darinya. Sedangkan teman pandai besi boleh jadi akan membuat pakaianmu berlubang (terbakar) atau paling tidak kamu ikut hangus dengannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
IV. Peranan Niat dalam Mencapai Sukses
Kita harus yakin bahwa sukses yang kita kejar di dunia ini semata-mata karena mengharap ridha-Nya. Bukan karena mengharapkan ridha manusia.
V. Sukses di atas Sukses
Menurut Al Qur’an yang dimaksud orang yang sukses adalah orang yang masuk ke dalam surga dimana Allah ridha kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah. Dengan demikian tujuan hidupnya adalah mencapai ridha Allah. (QS. Ali Imran (3) : 185, Al Bayyinah (98) : 8)
VI. Tiga Tipe Manusia
1. Tipe manusia yang memiliki simbol gagal. Gagal di dunia dan di akhirat.
2. Tipe manusia yang memiliki simbol sukses, tapi tidak memiliki niat ikhlas. Sukses di dunia, gagal di akhirat.
3. Tipe manusia yang memiliki simbol sukses dan didasari oleh niat yang ikhlas. Sukses di dunia dan di akhirat.


Jumat, 30 Mei 2014

Birrul Walidain: haruskah orang tua meminta izin kepada anaknya.?



www.dandaen.blogspot.com
Saudara taqwa yang berbahagia, di masa ini tentu sudah tidak asing bagi kita cerita mengenai sikap pembangkangan anak terhadap orang tua. Di antara sikap pembangkangan anak adalah anak tidak pernah meminta izin kepada orang tua ketika aka

n mengambil barang milik orang tua, atau anak melakukan suatu kegiatan tanpa izin orang tua. Jika Anda adalah orang tua, tentu hati Anda akan terasa sakit apabila anak yang diharapkan akan tulus mencurahkan bakti dan kasih sayangnya pada Anda, tetapi ia malah membangkang, tidak menuruti perintah Anda, bahkan sering berdusta kepada Anda.

Namun, terkadang sebagian orang tua tidak menyadari bahwa di antara sebab pembangkangan anaknya itu adalah perilaku orang tua sendiri yang memberikan contoh yang buruk bagi anak .
Maka, untuk para orang tua…
Janganlah Engkau berharap anakmu menjadi pemuda yang menghormati dirimu…
Sementara kau pun tidak menghargai anakmu…
Tidakkah kau tahu bahwa
Para pemuda di antara kami tumbuh…
dengan kebiasaan yang dibiasakan ayah merek

Perhatikanlah di antara contoh pendidikan Nabi dalam hadits Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu di bawah ini.
 Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minuman, lalu beliau pun meminumnya. Di sebelah kanan beliau ada anak kecil, sedangkan di sebelah kiri beliau terdapat para syaikh (orang-orang tua). Beliau berkata kepada anak kecil tersebut, “Apakah Engkau mengizinkanku untuk memberikan ini kepada mereka?” Anak itu berkata, “Tidak, demi Allah, aku tidak akan pernah mengorbankan bagianku darimu kepada seorang pun!” (Sahl bin Sa’ad) berkata, “Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam meletakkan air itu di tangan anak tersebut”.
(H.R Bukhari)
Dalam hadits yang mulia ini, terdapat contoh teladan dari Nabi bahwa hendaknya orang yang tua umurnya pun meminta izin kepada seorang anak kecil ketika akan mengambil sesuatu milik anak tersebut. Ini tidak hanya akan menimbulkan kesan di hati anak, tetapi sekaligus menanmkan adab islami pada dirinya. Oleh karena itu, Syaikh Musthafa bin Al-Adawi hafizhahullah berkata,
Sikap tersebut memberikan isyarat (dalam cara pendidikan orang tua) akan adanya “perhatian” orang tua kepada anak dari satu sisi, dan “pengajaran adab islami” di sisi yang lain.
Berilah Anak Penjelasan, Jika Kau Memang Harus Mengambil Sesuatu Darinya
Jika sebelumnya dijelaskan bahwa orangtua hendaknya meminta izin kepada anak, ini bukan berarti orang tua tidak boleh mengambil sesuatu milik anak jika memang ada hal syar’i yang mendorongnya untuk itu. Namun, orangtua hendaknya bisa memberikan penjelasan yang bisa diterima anak. Jangan sampai ia hanya menonjolkan umurnya yang tua, kekuasaan dan kegarangannya semata karena bisa jadi hal itu malah membuat anak menuruti perintahnya karena “murni” takut padanya. Inilah di antara sebab pembangkangan anak di kala mereka nanti mulai dewasa. Di saat umur anak semakin dewasa, ia semakin merasa memiliki kekuatan sehingga berani melawan.
Maka, Renungkanlah Sikap Nabi terhadap cucunya ini
Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu adalah seorang anak kecil yang sangat dicintai Nabi, apalagi ia adalah cucu beliau. Namun, kecintaan beliau tidak menghalanginya untuk memberikan pendidikan yang tegas kepada Al-Hasan. Perhatikanlah ketegasan beliau dalam hadits berikut ini.
 Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma mengambil sebuah kurma dari kurma sedekah, lalu meletakkannya di mulut. Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam berkata,“Eh.. Eh.. Ayo buang! Tidakkah Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya kita (keluarga Nabi) tidak memakan harta sedekah?”
(H.R. Muslim)
Perhatikanlah hadits di atas, Nabi tidak hanya melarang Al-Hasan mengambil kurma sedekah, tetapi memberikan alasan mengapa tidak boleh mengambilnya. Beliau menjelaskan bahwa keluarga Nabi memiliki kekhususan yang tidak dimiliki kaum muslimin yang lain, yaitu keluarga Nabi tidak boleh menerima sedekah.
Tidakkah kita ingat pula bahwa dalam kesempatan lain, Nabi juga pernah menahan tangan seorang anak laki-laki dan wanita dari makanan, lalu beliau menjelaskan alasan mengapa harus melakukan demikian?
Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya dari Hadits Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata,
“Jika kami menghadiri sebuah jamuan makan bersama Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, kami tidak akan meletakkan tangan kami pada makanan kecuali jika Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam memulainya.
Pada suatu kesempatan, kami menghadiri jamuan makan bersama beliau, kemudian datanglah seorang anak wanita seakan-akan dia didorong sehingga meletakkan tangannya pada makanan. Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil tangannya.
Selanjutnya, datanglah seorang Arab Badui, seakan-akan dia didorong lalu Rasulullah shallallahu ‘alahi wa salllam mengambil tangannya dan bersabda,
Sesungguhnya setan akan memakan makanan yang tidak disebutkan padanya nama Allah, dan sesungguhnnya dia (setan) mendorong anak wanita ini agar dia bisa makan, lalu aku memegang tangannya. Kemudian, dia (setan) mendorong seorang Arab Badui agar dia bisa makan, lalu aku pun mengambil tangannya.” Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya tangannya (tangan setan) ada pada tanganku beserta tangannya.” 
Maka, Nabi menjelaskan alasan beliau menahan tangan keduanya, yaitu karena setiap orang yang akan makan tetapi tidak menyebut nama Allah, ia akan disertai setan, yaitu setan akan turut memakan makanannya itu.
Berikanlah Penjelasan Pula Di Saat Ingin Melarang
  • Kemudian, di samping harus mampu menjelaskan alasan dalam mengambil atau menahan sesuatu milik anak, hendaknya orang tua juga mampu menjelaskan alasan ketika akan melarang sesuatu pada anak. Misalnya, ketika orang tua melarang anak yang ingin ikut kegiatan di sekolahnya yang terdapat unsur maksiat, seperti pentas musik, acara ulang tahun kawan, drum band, cheerleader, makrab, lomba menggambar makhluk bernyawa, dan berbagai pelanggaran syariat lainnya, orang tua harus bisa menjelaskan alasan dari sisi syari’at, tidak hanya melarang semata. Di sinilah kita bisa merasakan pentingnya ilmu. Ini harus didahulukan karena menanamkan ketundukan anak terhadap aturan syariat merupakan hal yang paling pokok. Jangan sampai anak hanya patuh karena takut kepada orang tua, atau karena ada alsan logis yang sesuai dengan akal, tetapi di hati anak tidak ada rasa takut sama sekali kepada Allah. Dalam kondisi seperti ini, anak pun akan bermaksiat kembali di kala orang tua tidak melihat mereka, atau anak tahu alasan logisnya tetapi ia pun tetap melaksanakannya. Maka, banyak sekali kita temui anak-anak yang mulai coba-coba menggunakan narkotika, mereka sebenarnya tahu “secara logis” itu berbahaya bagi tubuh mereka. Akan tetapi, karena tidak ada rasa takut kepada Allahta’ala, mereka pun hanya takut ketahuan orang tua. Maka, jika orang tua tidak melihatnya, mereka kembali menggunakan narkotika tersebut, tanpa merasa bahwa Allah melihatnya.
  • Kami tidak mengatakan bahwa jangan beri penjelasan logis, tetapi dalil semata. Bukan! Bukan itu yang dimaksud. Bahkan, kami katakan, “Setelah mampu menjelaskan dari sisi syari’at, orang tua hendaknya dapat pula melarang anak dengan memberikan alasan logis, sesuai dengan batas daya tangkap anak.” Contoh yang paling sederhana, orang tua dapat memberikan alasan logis mengapa ia melarang anak menggunakan narkotika, yaitu karena narkotika bisa menimbulkan kecanduan dan merusak kesehatan badan. Namun, kalau hanya “alasan logis”, tanpa disertai alasan syar’i, niscaya bibit-bibit keshalihan anak tidak akan mucul dalam diri anak. Wallahu a’lam

Rabu, 28 Mei 2014

Parts of speech



TERMS
Parts of Speech

1.      Noun: a word that names a person, place, thing, quality, or idea (examples: Maggie,Alabama, clarinet, satisfaction, socialism).
2.      Pronoun: a word used in place of a noun (examples: he, she, they, ours, somebody).See “Types of Pronouns” below.
3.      Verb: a word or group of words indicating the action or state of being of a subject(examples: jump, hop, skip, run, is, are, were, will be, will have been).
4.      Preposition: a word that starts a prepositional phrase. In the following examples of     prepositional phrases, the first word is a preposition: around the house, under the car, in
the back, through the roof, etc.
5.      Article: the words a, an, and the.
6.      Adjective: a word used to modify a noun (example: the red wagon) or pronoun(example: ordinary one).
7.      Adverb: a word used to modify a verb (warmly greet), an adjective (only three people),or another adverb (quite seriously damaged).
8.      Conjunction: a word that links parts of a sentence to each other. (See “coordinating
conjunction,” “subordinating conjunction,” and “correlative conjunction” under “Types of Conjunctions, Transitional Words, and Transitional Phrases” below.

Sentence Structure Terms
1.      Phrase:
A phrase is a group of words that lacks a subject, a complete verb, or both.
Examples:
In the dark
Finding the answer
2.      Clause:
A clause is a group of related words with both a subject and a predicate (verb).
3.      Independent Clause:
An independent clause (also called a main clause) is a group of words that has a subject and a verb and does not start with a subordinating conjunction 
Example: I ate raspberries.
4.      Dependent Clause:
A dependent clause (also called a subordinate clause) is a group of words that has a subject and a verb and starts with a subordinating conjunction. A dependent
clause cannot stand alone as a sentence.
Example: After I ate raspberries

Types of Sentences
1.      Simple Sentence:
A simple sentence consists of one independent clause.
Example: I ate raspberries.
2.      Compound Sentence:
A compound sentence consists of two or more independent clauses separated by a
comma and a coordinating conjunction or by a semicolon.
Example: I ate raspberries, and I developed a rash.
Example: I ate raspberries; I developed a rash.
3.      Complex Sentence:
A complex sentence consists of at least one dependent clause and one independent
clause.
Example: Because I ate raspberries, I developed a rash.
4.      Compound-complex Sentence:
A compound-complex sentence consists of at least two independent clauses and
one or more dependent clauses.
Example: Although I am allergic to raspberries, I ate them, so I developed a rash.

Types of Pronouns
1.      Indefinite Pronouns: 
Indefinite pronouns do not refer to a definite person, place, object, idea, or           emotion. Most indefinite pronouns are singular, so they require a third-person
singular verb. A pronoun that refers to an indefinite pronoun that is singular is
also singular.
Common Indefinite Pronouns
Always Singular
-one words -body words
anyone anybody
everyone everybody
no one nobody
one somebody
someone
-thing words other words
anything each
everything either
nothing neither
something much
Always Plural
both many
few several
Singular or Plural
all most
any none
more some

Miscellaneous Terms

1.      Antecedent
An antecedent is the noun or pronoun to which a pronoun refers.
Example:
My cat hid under the bed when she had her kittens. (Cat is the antecedent
of she; she is the antecedent of her.)
2.      Modifier:
A modifier is a word that “describes” another word. It may be a single word or a
phrase.
Examples:
I ate some delicious raspberries.
I ate some raspberries in the park.
I ate some raspberries that were really delicious.
Participle and participial phrase:
A participle is a form of a verb which is used as an adjective (descriptive word) or
is part of a verb phrase. A participle cannot function alone as a main verb of a sentence
or a clause. Verbs have two participles: present and past. The present participle ends in
ing. (loving, helping). The past participle of most verbs ends in –d, or -ed (loved,
helped). The past participle of irregular verbs has different patterns (taken, been, ridden).
Examples:
Looking out the window, the smiling child waved to her mother.
The excited woman clutched her winning lottery ticket.
Caught in the act, the burglar surrendered to the police.
Predicate:
A predicate is the part of the sentence or clause, including the verb, that explains
what the subject is or does.
Types of Conjunctions, Transitional Words and Transitional Phrases
Subordinating Conjunction:
                       A subordinating conjunction is a word that begins a dependent (subordinate)
clause.
Common Subordinating Conjunctions
after even if since when
although even though so whenever
as how so that where
as if if than wherever
as soon as in order that that while
because provided that unless why
before rather than until
Coordinating Conjunction:
A coordinating conjunction connects words or word groups of the same kind:
nouns, verbs, adverbs, adjectives, phrases, clauses, or whole sentences.
There are seven coordinating conjunctions. You can use the acronym FANBOYS
to remember them.
For
And
Nor
But
Or
Yet
So
Conjunctive Adverb:
A conjunctive adverb is a transitional word or phrase that begins a sentence. It is
part of the sentence it begins. Conjunctive adverbs are not conjunctions: they are
adverbs. Conjunctive adverbs show relationships such as addition, cause and
effect, comparison, contrast, emphasis, or time.
Common Conjunctive Adverbs
addition cause or effect comparison or contrast
also accordingly however
besides as a result in comparison
further consequently in contrast
in addition therefore instead
incidentally thus likewise
moreover nevertheless
nonetheless
otherwise
emphasis time similarly
certainly finally
indeed meanwhile
in fact next
still now
undoubtedly then
Correlative Conjunction:
A correlative conjunction is a two-part conjunction.
Common Correlative Conjunctions
as…as just as…so not only…but also
                       both…and neither…nor whether…or